Selasa, 28 April 2015

Dahlan Iskan Dalam Trulogi Novel

Dahlan Iskan Dalam Trulogi Novel

Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap den
gan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus dan memberikan pelajaran bagi pembaca, khususnya siswa.
Novel Senyum Dahlan diterbitkan pertama bulan November 2014 yang merupakan Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan. Sejak kemunculan Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan yang pertama yakni Sepatu Dahlan, Surat Dahlan dan Senyum Dahlan telah mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel tersebut menjadikan novel tersebut masuk dalam jajaran novel inspirasi pembangun motivasi, khususnya bagi mereka yang bergelut di dunia jurnalistik secara khusus.
Berdasarkan pengarangnya Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan berbeda, sejak novel pertama yakni Sepatu Dahlan dan Surat Dahlan ditulis oleh Khirna Pabichara, sedangkan novel ketiga Dahlan Iskan ini ditulis oleh Tasiro GK, seorang mantan wartawan.
Cerita novel Senyum Dahlan ini diperoleh dari mengeksplorasi kisah perjalanan jurnalistik Dahlan Iskan sehingga mampu memimpin Jawa Pos, sebagai media terbesar di Indonesia. Pengarang mengemas novel Senyum Dahlan dengan bahasa yang sederhana imajinatif, namun tetap memperhatikan kualitas isi, sesekali pembaca disuguhi oleh laporan berita dan kejadian yang cukup menegangkan mengenai profesi wartawan. Membaca novel Senyum Dahlan membuat pembaca seolah-olah melihat potret nyata kehidupan masyarakat, khususnya mereka yang bergelut di jurnalistik Indonesia.
Meskipun kisah yang terjadi dalam novel Senyum Dahlan sudah terjadi sangat lama, akan tetapi pada kenyataannya kisah Senyum Dahlan masih ada di zaman sekarang. Banyak pengamat sastra yang memberikan penilaian berkaitan dengan suksesnya novel Senyum Dahlan. Suksesnya novel Senyum Dahlan disebabkan novel tersebut muncul pada saat yang tepat yaitu pada waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. “Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan” (Ruktin Handayani: 2008).
Isi novel Senyum Dahlan menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis novel Senyum Dahlan. Analisis terhadap novel Senyum Dahlan peneliti membatasi pada nilai edukasi (pendidikan) dan nilai religi (agama). Alasan dipilih dari segi nilai pendidikan dan religi karena novel Senyum Dahlan diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka, khususnya dalam hal pendidikan. Pradopo (1994: 94) mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra sebagai alat pendidikan yang langsung sedangkan nilai seninya dijadikan atau dijatuhkan nomor dua. Begitulah paham pertama dalam penilaian karya sastra yang secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak roman Indonesia yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada pembaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar