Selasa, 28 April 2015

Belajar dari Alm. Ibu Een Sukaesih, Guru Qalbu

Belajar dari Alm. Ibu Een Sukaesih, Guru Qalbu

            Innalillahiwainnailaihirajiun…Semoga Allah Swt., menerima amal ibadah beliau (Ibu Een Sukaesih) dan memberikan ampunan atas kesalahan beliau. Beberapa hari yang lalu, Indonesia kehilangan sosok guru qolbu, guru yang sungguh tulus ikhlas dalam memberikan pembelajaran kepada anak-anak bangsa. Kelumpuhan fisik tidak membuatnya lumpuh pula dalam memberikan pembelajaran, fisiknya memang tidak sempurna, namun kekuatan mental dan keikhlasannya sungguh sempurna.

            Beliau yang merupakan lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung banyak memberikan pelajaran bagi guru-guru yang lain. Di saat guru yang lain sibuk menuntut kenaikan pangkat, kepastian pengangkatan PNS dari K-2, disaat dunia pendidikan disibukan pula dengan pembatalan Kurikulum 2013 dan masalah doa sebelum dan sesudah pembelajaran yang harus ada bentuk doa nasional, Ibu Een konsisten dalam perjuangannya mencerdaskan genarasi bangsa.
            Bahkan, disaat Indonesia sibuk dengan politik, namun sosok Ibu Een begitu konsisten dalam menjalankan tekadnya untuk mencerdaskan kehidupan gerasi bangsa walau di tengah keterbatasannya. Kesehariannya hanya dihabiskan dengan berbaring, karena kelumpuhan fisiknya. Banyak orang yang tidak menyadari, akan kesempurnaan fisik mereka, kesempurnaan ekonomi, namun mental dan motivasi mereka, begitu cacat, tidak seperti Ibu Een Sukaesih.
            Dalam sebuah wawancara di salah satu televisi swasta beliau mengatakan, bahwa dirinya terbatas akan ilmu, kemampuan yang sedikit, namun itu semua bukan alasan untuknya berpangku tangan tidak ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Beliau sangat menyadari bahwa sebuah bangsa akan disegani oleh bangsa lain, ketika manusia-manusia bangsa tersebut berpendidikan, memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menjalani kehidupan.
            Masih adakah guru sekarang ini yang seperti Ibu Een, Sang Guru Qolbu?
            Ketika para akademisi saling menyatakan setuju dan tidak setuju dengan pemberlakuan Kurikulum 2013, Ibu Een tidak bergeming dengan pemberitaan itu semua, yang beliau tahu adalah bagaimana caranya terus mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa terlalu mempersoalkan kurikulum 2013. Mungkin beliau pun menyakini bahwa Kurikulum hanyalah kendaraan, bagaimana pun kendaraannya bila supirnya tidak mampu menjalankan, tetap saja tidak akan melaju mobil tersebut. Begitu juga dengan guru, bagaimana pun bentuk Kurikulumnya jika gurunya tidak ada tekad untuk menjadikan generasi bangsa lebih baik, rasanya semua itu omong kosong semata. Beliau mengajarkan kita untuk tidak memusingkan perihal Kurikulum, namun yang beliau tekankan yakni ajarilah anak didik dengan hati, sebab hati hanya dapat tersentuh dengan hati pula. Anak didik memiliki hati, perasaan untuk menjadi lebih baik, maka dari itu cara guru satu-satunya sentuhlah perasaan siswa dengan perasaan juga, bukan dengan kekerasan, bukan pula dengan silih bergantinya kurikulum pendidikan.


           
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar