Tak terasa 60 tahun sudah usia Konferensi Asia Afrika. Diawali sejak 1955, yang saat itu dibuka oleh Presidennya Ir.Soekarno, dan sekarang yang membuka Konferensi Asia Afrika adalah Presiden ke-7 Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo.
Dalam pertemuan antara negara-negara Asia dan Afrika tersebut banyak hal yang dibicarakan, mulai dari keadaan masing-masing negara hingga masalah ekonomi kawasan Asia-Afrika. Bahkan yang ramai dan menjadi sorotan mengenai keadaan negara Palestina, sebab ketika tahun 1955 banyak negara di Asia –Afrika yang belum merdeka dan kini telah merdeka, hingga kini tinggal negara Palestina saja yang belum merdeka.
Dengan terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika tersebut semoga menjado dorongan moril bagi rakyat Palestina, terlebih antara Indonesia-Palestina ada kesamaan, yakni sama berpenduduk muslim yang jumlahnya banyak.
Dalam penyelenggaraan Konferensi Asia-afrika tersebut terdapat satu bagian pertemuan yang membahas mengenai ekonomi bisnis, yakni yang dinamakan dengan Asian African Business Forum (AABS) yang terselenggara di Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut yang dilaksanakan di Kamar Dagang Indonesia akan memfokuskan kepada empat hal, yakni investasi, agrikultur, maritime, dan perdagangan. Hal senada disampaikan oleh Wakil Ketua Kadin Bidang Koordinator Asosiasi, Noke Kiroyan bahwa AABS akan diakhiri satu deklarasi, berkas atau drafnya sudah dibuat tinggal dibahas saja dalam konferensi yang membicarakan bidang ekonomi dan bisnis.
Forum yang membahasa ekonomi dan bisnis se-Asia-Afrika tersebut akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo serta dihadiri oleh Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma dan Perdana Menteri India Narendra Modi sebagai pembicara kunci. Pembicara yang rencananya akan menyampaikan materi saat konferensi tersebut takni beberapa CEO dari Asia Afrika seperti CEO Alibaba Group, serta CEO Sinar Mas Group.
Ada beberapa hal yang menjadi tugas Indonesia ketika akan membahas ekonomi dan bisnis di taraf pertemuan Internasional tersebut, yakni kegiatan perdagangan yang dilakukan Indonesia terhadap negara-negara Afrika yang masih minim. Hal tersebut jauh dari yang dilakukan Republik Tiongkok yang mencapai 200 miliar sedangkan Indonesia dan Afrika hanya 10,7 miliar. Bahkan India pun tidak kalah besar yang mencapai 70 miliar dolar AS pertahun.
Dalam kesempatan tersebut, Noke pun berpendapat pertemuan AABS ini sangat strategis bagi Indonesia untuk mempromosikan peluang bisnis dan investasi. Dan yang terpenting menurut Noke adalah realisasi dari pembicaraan yang disepakati dalam forum ekonomi bisnis tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar