Senin, 18 Mei 2015

Host D’Academy, Sekadar Tontonan Bukan Tuntunan Pendidikan

Host D’Academy, Sekadar Tontonan Bukan Tuntunan Pendidikan

            Pendidikan di Indonesia diharapkan ke depannya lebih baik, ada beberapa pihak yang memang berperan dalam dunia pendidikan, selain kebijakan pemerintah yang pro, kualitas pengajar, siswa serta materi yang diajarkan. Namun, belakangan ini dengan pesatnya teknologi, media social tidak bisa dilepaskan dalam membentuk karakter peserta didik.
            Banyak kalangan yang gara-gara media social bermasalah, hingga belakangan ini prostitusi beredar secara online, belum lagi masalah narkoba, penculikan, perzinaan yang semuanya diawali dari penggunaan media social yang tidak bertanggungjawab. Media social bagaikan pisau atau golok, ketika yang menggunakannya memiliki keterampilan, tanggung jawab dan tujuan, maka akan mendatangkan hasil, namun ketika yang menggunakannya asal-asalan, jangan harap orang disampingnya selamat.


            Selain media social, belakangan ini dunia pertelevisian begitu getol menampilkan acara hiduran yang tidak mendidik. Tengok saja Dangdut Academy, KDI, atau beberapa tayangan lainnya yang justru seakan memberikan ide kepada penonton untuk berbuat jahat, seperti bagaimana berselingkuh, bagaimana mencuri, bagaimana membunuh, bagaimana merencanakan kejahatan, semua dipertontonkan oleh tayangan televisi, baik secara langsung atau tidak langsung.
            Ada hal kecil yang sangat misris bagi kami selaku pengajar, penampilan (gaya rambut) host di Dangdut Academy belakangan ini dicontoh oleh pelajar di Indonesia, tengok saja Irfan Hakim, Ramzi, Ivan Gunawan dan lainnya yang memotong rambut tipis seleuruh bagian pinggirnya, namun bagian atas atau tengah dan belakangnya masih panjang. Belakangan ini gaya rambut semacam itu banyak dilakukan oleh siswa. Selain dari itu dari cara berpakaiannya sangat miris bagi dunia pendidikan di Indonesia, celana pensil yang digunakan artis seakan menjadi contoh ampuh, dibandingkan dengan aturan, tata tertib sekolah
Mereka para artis memotong rambut penuh dengan sensasi atau gaya mendapatkan uang jutaan, namun kami selaku guru sangat miris melihat kejadian tersebut. Capenya kami pihak sekolah membuat aturan, tata tertib, bahkan melakukan tindakan hukuman guna mendidik agar siswa berpenampilan khususnya gaya rambut agar rapi, namun gara-gara penampilan host tersebut aturan, tatatertib, hukuman kami dari pihak sekolah bagaikan angin lalu. Memang benar, guru digaji kecil untuk memperbaiki penampilan dan moral generasi bangsa, namun artis dibayar mahal justru untuk mengacak-acak dunia pendidikan Indonesia.

            Semoga ke depannya para PH dapat berpikir dan bertindak arif dalam membuat sebuah acara yang bukan sekadar tontonan, rame, iklan banyak, namun harus juga berpikir generasi bangsa Indonesia, ke depannya mau dibagaimanakan jika penampilan artinya cak-acakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar