Jumat, 15 Mei 2015

Apa dan Bagaimana Kurikulum 1984?

Apa dan Bagaimana Kurikulum 1984?

Setiap pergantian kurikulum seakan membawa tema tersendiri, atau gaya tersendiri. Pada kenyataannya tema yang diusung dalam setiap pergantian kurikulum seakan tidak ada benang merah keterhubungan dengan kurikulum sebelumnya maupun kurikulum sesudahnya. Inilah yang selalu menjadi perdebatan yang berujung gurulah selaku pelaksana yang merasa bingung harus berbuat apa dan bagaimana?
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach (pendekatan keterampilan). Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).


Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar