Senin, 31 Agustus 2015

Problematika di Dunia Pendidikan dan Pembelajaran

Sudah sewajarnya, ketika seseorang menjalani kehidupan menemukan masalah. Ada orang yang memang secara sadar dalam menghadapi masalah, namun tak sedikit orang yang tidak sadar, padahal dirinya sedang mengalami masalah. Rasanya tidak ada orang yang sengaja mencari masalah, banyaknya orang mengatakan saya lagi didatangi masalah yang bertubi-tubi. Namun, pada kenyataannya yang menimbulkan masalah adalah diri kita sendiri, selaku manusia, baik secara sadar atau tidak manusia tersebut menjadi pemicu masalah.
            Bagaimana dengan masalah yang ada di dunia pendidikan?
            Berbicara pendidikan, dan berbicara masalah, sangat banyak sekali, Pertama masalah yang timbul dari atas, seperti kebijakan pemerintah yang terkadang bahkan seringnya menjadikan sosok guru menjadi korban, seperti pergantian Kurikulum, pengangkatan CPNS yang awalnya digembor-gemborkan namun ketika sosok di atas sudah jadi, mereka lupa, seperti lagi yang belakangan ini terjadi lamanya proses mendapatkan NUPTK, sebab banyak hal yang tidak akan berjalan ketika NUPTK tidak didapatkan, di antaranya mahasiswa yang akan mendapatkan beasiswa, ternyata terkendala oleh belum adanya NUPTK, padahal jumlah beasiswa yang akan diterimanya Rp.7.000.000-an, belum lagi guru yang sudah lama mengajar dan sudah berijazah s1, namun karena belum ada NUPTK, pencairan Tunjangan Fungsionalnya tertahan atau mungkin tidak akan cair. Itulah segelintir problem dari atas (kebijakan).

            Dari samping, tak sedikit pengajar yang bersinggungan dengan pengajar lagi, seperti ada guru yang sudag PNS, PNS dan sertifikasi, Non-PNS sertifikasi, namun kenyataan di lapangan kinerjanya jauh lebih baik yang baru masuk dengan status honorer atau sukwan yang kadang dibayarnya kapan dan tak menentu.
            Guru dengan gaji di atas rata-rata, datang kesekolah sesukanya, kadang pukul 09.00 baru datang, dan pulang lebih awal, sebelum dhuhur, tak sedikit yang sudah meninggalkan sekolah, sedangkan guru honorer dan sukwan selalu setia datang lebih awal dan pulang belakangan. Inlah cerminan pendidikan di Indonesia, belum ada kesadaran terhadap gaji yang diterimanya.
            Permasalahan lain yang ada di tingkat bawah, yaitu sibuknya guru mengatur siswa yang bolos, merazia siswa yang rambutnya panjang, dan sekali lagi, itu pekerjaan dan masalah yang selalu dibebankan kepada guru dengan status honorer dan sukwan, sebab yang namanya PNS, dengan alibi sudah mengajar, kewajiban sudah selesai, masalah anak rambut panjang, pakaian tak sesuai, merokok atau bahkan hal negative lainnya, seakan dibebankan kepada yang honorer dan sukwan dengan bahasa, mungpung ada yang honor dan sukwan.
            Jikalah pendidikan di Indonesia semacam ini, mau dibawa kemana anak didik kita sekarang, cita-cita Indonesia Emas di tahun 2045, seakan mimpi yang berkepanjangan tak tercapai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar