Sabtu, 29 Agustus 2015

Mengefektifkan Pembelajaran dengan Media Pembelajaran

Mengefektifkan Pembelajaran dengan Media Pembelajaran
           
            Membahas pendidikan dan pembelajaran tidak akan pernah selesai. Pendidikan dan pembelajaran bukan hal statis, yang selalu berjalan di tempat, namun suatu proses yang membutuhkan waktu lama dan selalu dinamis ke depan.
            Bergantinya kurikulum sebagai jawaban atas kedinamisan pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjawab kedinamisan tersebutlah, maka kurikulum berganti. Memang tidak dipungkiri banyak masyarakat atau bahkan akademisi sendiri yang mengatakan pergantian kurikulum tidak terlepas dari pergantian menteri di setiap kabinet baru atau dalam kabinet pemerintahan yang sama. Terlepas dari prasangka sebagian besar masyarakat tersebut, memang harus menjadi PR tersendiri agar pergantian kurikulum tidak dicap karena bergantinya menteri.

            Ada hal yang kurang mendapat perhatian dari setiap pergantian kurikulum. Banyak kalangan yang sebatas menyoroti secara berlebihan pada pergantian kurikulum, padahal yang mengajar di kelas bukan kurikulumnya, namun guru. Sebagus apapun kurikulumnya jika gurunya tidak memiliki kreativitas dalam mengajar, maka setiap tahunnya anak didik akan mendapatkan perlakuan yang sama dari guru tersebut, sehingga ada pandangan belajar itu membosankan.
            Dalam hal ini penulis bukan berarti menyepelekan kurikulum, sebab sistem juga memang diperlukan, namun yang harus mendapat perhatian besar adalah yang menjalankan sistem kurikulum tersebut di lapangan (kelas).
            Kreativitas guru dalam mentransformasikan materi dibutuhkan sekali. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menggunakan media yang sesuai, dalam artian efektif pada materi yang disampaikan. Media berarti perantara, atau menurut bahasa latinnya “medium”. Berdasarkan hal tersebut, maka media pembelajaran dapat dikatakan sebagai perantara guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran. Bila “perantaranya” efektif maka hasil pembelajaran pun akan efektif dan berdampak pada kualitas peserta didik yang semakin tinggi.
            Pembaca mungkin sedikit aneh dengan beberapa kata yang berada di paragrap di atas. Ada kata “transformasikan” bukan transfer materi pembelajaran. Mengapa seperti itu, apakah kedua kata tersebut (transformasi, transfer) berbeda? Menurut beberapa ahli, mentransformasikan bukan sekadar mengantarkan materi dari guru kepada siswa, namun harus mampu memahamkan siswa dan siswa merasa terpahamkan, bila transfer sekadar mengirim materi dan siswa sekadar menerimanya, seperti mentransfer uang lewat ATM, sekadar mengirim dan menerima.
            Sungguh mulia tugas guru, bukan sekadar mengantar materi pembelajaran, namun harus menjadi makhluk yang kreatif, unik dan mampu mengemas materi pembelajaran dengan media yang unik dan menarik perhatian peserta didik. Selain itu sosok guru sosok mujahid dunia akhirat, sebab bukan sekadar memberikan pembelajaran namun harus mampu menjadi teladan di hadapan peserta didik dan masyarakat sekitar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar