Sabtu, 02 Mei 2015

Sudah Enggankah Siswa Bersekolah di Sekolah Berbasis Agama (MI/MTs/MA)?

Sudah Enggankah Siswa Bersekolah di Sekolah Berbasis Agama (MI/MTs/MA)?

            Pertanyaan yang sekaligus judul di atas, bukanlah hal yang baru diketahui di kalangan masyarakat. Namun, merupakan sebuah fenomena yang benar adanya, sampai sekarang belum mampu terselesaikan. Ntah kenapa dan bagaimana paradigma masyarakat terhadap sekolah berbasis agama seakan kurang dan tak sefantastis sekolah umum. Padahal secara kualitas rasanya tidak jauh berbeda, bahkan kelengkapan pelajarannya lebih lengkap di sekolah yang berbasis agama. Bagaimana secara keuangan? Berbicara keuangan, sekolah umum sudah dipastikan mahal dibandingkan dengan sekolah berbasis agama yang sering kita tahu, seperti MI/MTs dan MA? Lalu apa yang menyebabkan sekolah tersebut seakan sepi peminat?
            Ada beberapa factor menurut penulis yang menyebabkan sekolah berbasis agama seakan sepi peminat, bahkan mungkin dilirik pun seakan sebelah mata. Pertama, factor dari pemahaman, dalam hal pemahaman ini ada dua yakni pemahaman orang tua terhadap sekolah berbasis agama, dan pemahaman anaknya terhadap sekolah berbasis agama.

            Masih ada anggapan bahwa sekolah yang berbasis agama itu kurang memiliki prosfeks yang bagus ke depannya. Lapangan pekerjaannya minim, jarang perusahaan yang mengrekrut pegawai dari sekolah yang berbasis agama, di masyarakat sendiri kurang memiliki tempat, seakan, sekolah yang berbasis agama hanya mempelajari urusan setelah mati saja. Paradigma semua itu salah besar. Mengapa salah besar?
            Secara administrasi tengoklah raport peserta didik yang duduk di sekolah umum dengan sekolah agama. Secara administrasi saja, kelengkapan pelajaran di sekolah berbasis agama lebih lengkap. Biasanya di sekolah umum, pendidikan agama islam hanya satu dengan nama PAI. Namun, berbeda jauh ketika anda melihat raport siswa yang bersekolah di sekolah berbasis agam, pelajaran agama islam, menjadi 5, tentu dampaknya pun berbeda, keliama pelajaran tersebut yaitu, Akidah Akhlak, Al-Quran Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan Fiqih. Secara jumlah pelajaran saja sudah berbeda, sekarang pertanyaannya, bagaimana dengan pengetahuan siswanya, antara siswa di sekolah umum dengan sekolah berbasis agama? Secara jumlah pelajaran dan dampaknya anda pasti mampu menjawabnya.
            Bagaimana dengan pelajaran umum yang ada di sekolah berbasis agama?
            Pelajaran lainnya, semua ada, mulai dari IPA, IPS, Bahasa, hingga olahraga pun ada, tidak ada yang berkurang di pelajaran sekolah yang berbasis agama. Sekarang pertanyaannya, mengapa masih banyak orang tua yang lebih percaya menyekolahkan siswanya ke sekolah umum, bahkan yang lebih memprihatinkan, siswa yang orang tuanya Khyai, Ustadz, Mubaligh saja menyekolahkan siswanya ke sekolah umum. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mayarakat yang tidak tahu agama akan menyekolahkan anaknya ke sekolah berbasis agama, jika para tokoh agamanya saja lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah umum?
            Faktor kedua yang penulis garis bawahi adalah peranan pemerintah terhadap sekolah yang berbasis agama (Islam). Sebuah contoh riil yang ada di lapangan, coba anda periksa atau lakukan survey kecil-kecilan ke pemerintah daerah anda, tanyakan berapa sekolah umum yang negeri dan berapa sekolah yang berbasis agama islam yang negeri. Rasanya “jomplang” sekali jumlahnya, pertanyaannya, bagaimana orang tua akan yakin menyekolahkan anaknya ke sekolah berbasis agama, pemerintahnya saja kurang begitu memberikan perhatian kepada sekolah berbasis agama islam?
            Di daerah Priangan Timur, khususnya di Kota Banjar saja, anda bisa melakukan survey secara kasat mata saja. Pertama, sekolah tingkat MI yang negeri dan SD yang negeri ada berapa dan berapa perbedaan jumlahnya? Selanjutnya sekolah setarap MTs dan SMP berapa jumlah masing-masingnya, dan yang lebih miris, sekolah MA Negeri di Kota Banjar hanya ada satu, sedangkan sekolah umumnya yang negeri ada 3, yakni SMAN 1 Banjar, SMAN 2 Banjar, SMAN 3 Banjar, belum lagi SMKN-nya, ada 4. Sekolah MAN Negerinya hanya 1, sekolah SMA dan SMK-nya ada 7, mengapa seperti ini? Jawaban masyakat klasik, prosfeks ke depannya lebih bagus sekolah umum. Pertanyaan selanjutnya berapa persen jumlah warga Banjar yang beragama islam?
            Jadi, simpulannya umat islamnya saja seakan alergi dengan sekolah berbasis agama!
           
           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar